domingo, 10 de janeiro de 2016

Puisi cintaku




Puisi cintaku (I)


Dirimu hadir dalam kesepianku 
wajahmu nan manis mengepak hatiku
mmimpiku terbang dalam angang-angang indahku.
Hasratku meronta-ronta bagaikan pengembara 
Di tengah padang passir yang haus akan air. 

Kau, bagiku, bagaikan air kehidupan.
Bila kau tak hadir dalam hidupku saat ini
maka aku akan berteriak namamu dalam jiwaku.
Aku hanya berharap 
dalam jiwamupun kau meyahut panggilanku. 

Bila juga kau tak menyahut 

dan pintu hatimu tertutup rapat
maka aku sebaiknya berlari
menerjang gulungan ombak yang menghalang
dan berteriak menjerit pada-Mu, Tuhan 
dan bertanya: Mengapa Engkau membawakan hatiku bertemu belahan jiwaku? Sedangkan belahan jiwaku cuek bebek bagaikan bebek yang mengepas air dan tak menghiraukan bila ada hati yang sedang jatuh hati? 
Tapi bila Engkau ya, Tuhan juga diam dalam kesunyian-Mu yang nan    mulia. Aku sebaiknya berlari merana dalam kesunyian hatiku mengejar anggan-angganku yang kosong
Dan kembali ke kesendirianku seperti semula
bagaikan seorang prajurit yang kalah perang
tertunduk malu, lesuh, letih 
dan menyerah pada nasib cintaku. 

Tapi aku sebaiknya tidak menyerah pada nasib buruk itu.
Aku harus berjuang bagaikan kesatria 
atau bahkan sebagai Pangeran 
yang berjuang dengan segala cara
dan dengan segala usaha 
dan bahkan sampai titik darah penghabisan.
Bila maut datang menjemput aku sekalipun
paling tidak sebelum rohku melambaikan tanggan pada tubuhku, aku ingin sekali berbisik ditelinganya: I love you so much.

Puisi cintaku (II)

Ketika mata kita saling bertatapan
jantungku berdebar 
dan ada suatu kebahagian
yang terasa dalam jiwaku
apakah ini tanda aku sedang jatuh cinta?

Bila begitu mengapa aku harus diam?
Mengapa tidak aku tembak saja dirimu? Inilah kata-kata yang aku pikirkan waktu pertama kali aku melihatmu di Santo Yoseph di tahun 1998.

Aku bertanya pada sang rembulang
yang tersenyum manis diatas sana
namun ia diam membisu tak menjawab.
Mungkin saja ia yang tahu isi hatiku
hanya bisa tersenyum tanpa mengeluarkan kata-kata
karena lidahnya keseleo, tercengang, melihat indahnya manusia jatuh cinta. Namun hatiku memberontak menginginkan suatu jawaban atas suatu perasaan yang sedang aku rasakan ini.

Aku kembali menunduk berjalan
mencari-cari didalam kerumunan orang 
bila ada orang yang bisa memberi aku jawaban.

Ketika aku ikut diam didalam kesunyian alam
aku mendengar hatiku berkata: “Bila kau sungguh mencintanya
kau harus banyak berdiam juga
dan biarlah ia yang akan menemukan 
bila cintanya ada dalam dirimu atau tidak
karena pada dasarnya jodoh itu
adalah nasib dan nasib itu ada kalanya 
udah di atur yang di Atas sana.Tapi suara hatiku yang lain juga berkata: kau harus berjuang mempertahan pernikahan sucimu itu, Hercus. Ini bukan lagi mengenai jodoh atau tidak jodoh. Tapi meyangkut keselamatan pernikahan suci kau ikrarkan dihadapan Tuhan Allah Bapa, Putra dan Roho Kudus. Katanya keluarga istrimu itu sanggat katolik sekali, kalau memang demikian  pasti mereka akan mempertahankan pernikahan kalian.Karena dalam injil tertulis: Apa yang dipersatukan oleh Tuhan tidak bisa diceraikan oleh manusia.
Aku banyak merenungk kkemanakah nasib cintaku akan dibawah?


Puisi cintaku (III)

Tetapi            aku tidak mau       berpasrah pada          nasib.  Karene nasib                                     itu harus di bentuk. Bagaikan          periuk-periuk tanah liat                            yang dibentuk indah oleh                    tangan-tangan            para                 petani    desa. Dan         cinta               yang                 aku                 rasakan                     ini. Aku                    ingin                                   untuk              membentuknya menjadi lebih    indah  dari hasil karya para petani-petani itu.
Andaikan             cintaku                 bagaikan                lukisan maka         aku             ingin melukis              cintaku           lebih            indah dari              lukisan                yang                 paling              indah bahkan       yang pernah      dihasilkan dari   tanggan Mikael Angelo     sekalipun      juga. Aku    ingin     membentuk      cintaku      entah sama     dengan cintanya
                                                   Romeo & Juliet
                                                             Brahmana & Sinta
                                             Ataupun
                                                                      Tristan & Isolde
                                        Bahkan munking sama dengan
                                                                Santo Valentim dan Astérias
Kebutaan Astérias bisa disembuhkan dengan cinta Santo Valentim. Maka   kiranya   segala   rintangan kami    bisa     hancur     oleh kekuatan    cinta yang     ada      pada      kami   yang    menyatukan    kami. Tapi  aku juga sadar  bila cinta itu jangan       hanya      bertepuk            sebelah tanggan harus dua! Dua tangan bertepuk. Namun tepukannya         jangan seperti         penontong bola kaki yang bertepuk         tidak teratur         dan            tak berima. Terdengar                  gaduh                  dan               membosangkan. Aku            ingin     tepukan     cinta kami harus         indah dan berima yang dihasilkan oleh           satu jiwa            dan satu napas kami. Bagaikan     musiknya                  Bethoven yang              dihasilkan           oleh mata jiwanya bukan           mata raganya                   yang butan itu. Karena        segala sesuatu yang      dihasilkan oleh jiwa adalah sempurna dalam                                       ketidaksempurnaan manusia.
Aku    ingin   menciptakan     cinta kami dari     yang tidak sempurna   menjadi sempurna dalam  
                                                                   
KESETIAN

karena kesetianlah             dan hanya kesetianlah             yang menyempurnakan cinta kedua ingsang manusia                yang tidak sempurna menjadi sempurna. Dan  bila     saja      aku  tahu ajal      akan  tiba  aku  ingin            memohon  pada Tuhan agar malakaitnya    mengambil     nyawa   kita di hari      yang sama agar    bila tubuhku masuk ke liang lahat       aku akan tetap memeluk dirimu yang adalah cintaku yang tidak  sempurna   menjadi    sempurna      akan       kesetianku     yang telah aku janjikan                      di  Fátima dan di  Gereja dalam sakramen pernikahan yang kudus.
Tapi aku kwatir bila diammu itu akan membawa malapetaka bagi kita semua. Mungkinkah? Semuanya ada didalam tanggan Tuhan, dirimu dan keluargamu.

Aku berharap semoga saja tidak! Dan kau mau mengatakan sesuatu padaku saat ini juga.Sebelum nasi menjadi bubur. Sebelum air mata tak pantas berlinang. Sebelum penyesalan datang terlambat. Sebelum kemauan baik masih ada. Sebelum sinar harapan masih terang. Karena bila sinar itu redup dan mati cerita cinta kitapun akan berubah tragis dan meyedihkan. Keputusan ada di tangganmu. Bila kau putuskan kembali, demi janjiku dan demi Sakramen Mahakudus, aku siap memaafkanmu. Bila kau putuskan tidak kembali. Itu juga hakmu. Dan aku akan membutktikan saja padamu dan pada semua orang ternyata aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan. Maka saat ini aku berpikir akan dua hal keputusan ada di tangganmu dan bila kau berpikir untuk tidak kemabli padaku karena aku bodoh seperti bisikan orang-orang ditelingamu dan menhancurkan hidpuku maka pembuktian ada ditangganku.Aku hanya ingin menununjukan padamu bahwa ternyata kau dan mereka salah menilaiku. Aku tidak sebodoh yang kalian pikirkan.

Sem comentários:

Enviar um comentário